Tentang Oasis dan Kegalauan di Hati yang Semakin Menjadi – Jadi

oasis

Uwis nikah kok isih galau wae, Mbandah? Yhaa, namanya juga manusia yang selalu dihadapkan dengan banyak pilihan. Kalau pas apes, salah milih sambal saja bisa bikin mules tak karuan, ya to? 😀 tapi tenang, kegalauan ini bukan karena masalah rumah tangga atau pertengkaran. Tapi tentang hal lain yang bikin semangat menurun drastis. Sudah mencari cara biar semangat naik lagi, tapi gagal. Kalau sudah begini, biasanya saya langsung buka Spotify, pasang earphone, trus cari –cari lagu yang sekiranya bisa mewakili perasaan hati, sukur –sukur abis dengerin bisa jadi keangkat lagi mood nya.

Siang ini saya memilih Oasis. Sebuah band Britpop yang sepertinya jadi indikator keren atau tidaknya selera musik seseorang, terutama yang seumuran sama saya. Dalam arti, kalau ada orang yang suka sama lagu – lagunya Oasis, berarti dia keren. Padahal belum tentu juga. Menurut saya, ini cuma masalah perbedaan “telinga”. Ada yang betah mendengarkan suara khas gitar Inggris ala Britpop seperti Oasis ini, ada juga yang tidak.  😀

Ketika mendengarkan lagu-lagu Britpop, entah kenapa awan di atas kepala saya berubah jadi muram. Suasana jadi ikut mendung dan suram. Meskipun tidak sampai membuat merasa nelangsa, tapi somehow kegelisahan hati ini jadi semakin menjadi jadi. Segala keresahan seperti terwakili hanya dengan mendengarkan irama lagunya saja. Begitu pula ketika mendengarkan lagu –lagu Oasis. Mendengarkan suara Liam ibarat mendengarkan suara hati kita sendiri yang selama ini diabaikan *tsah. Tinggi tapi sedikit merengek. Datar tapi ngeyel.

And after all.. you’re my wonderwall..

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya di sini, lagu Oasis berjudul Stop Crying Your Heart Out adalah lagu sedih favorit saya. Kalau pas lagi feelin’ down, baru dengar intro nya saja rasanya sudah mau banjir air mata. 😀

Damn my situation and the games I have to play
With all the things caught in my mind..

Lalu apakah suasana hati saya jadi membaik setelah mendengar lagu – lagu Oasis? Apakah semangat saya jadi naik lagi? Not really. Tapi setidaknya saya merasa seperti sedang ditemani. Ditemani merengek dan protes kepada entah siapa di dalam sana, di dalam ruang kosong di antara earphone dan dua telinga.

 

5 thoughts on “Tentang Oasis dan Kegalauan di Hati yang Semakin Menjadi – Jadi

Comments are closed.